Kec. Toili Jaya, Kab. Banggai, Sulawesi Tengah

Sejarah Singkat Desa Mekar Kencana

Pada zaman orde baru lahirlah suatu program transmigrasi oleh Departemen Transmirasi yang tujuannya adalah setiap warga negara mendapatkan penghidupan yang layak. Dari program itulah cikal bakal lahirnya desa marga kencana.

Desa marga kencana lahir dari pemekaran desa Tirta Kencana yang merupakan desa transmigrasi dari pulau Jawa dan Bali. Warga transmigrasi didatangkan ke Dati II Banggai melalui kapal laut da diturunkan di desa Minahaki yang merupakan wilayah Kecamatan Batui. Pada masa itu kepala wilayah kecamatan Kecamatan Batui adalah Bapak Djar’un Sibay.

Warga transmigrasi didatangkan dalam 5 gelombang, yaitu:

  • Gelombang I

Pada tanggal 17 November 1977 dengan menumpang KM. rawas sebanyak 150 KK yang berasal dari Provinsi Jawa Timur, yaitu; dari Pasuruan, Surabaya, jamber, Kediri, Blitar dan Lumajang dibawah pimpinan/Pembina calon transmigrasi inti: Abd. Kholik, Muhtar, Winarmo, Ramelan, Rusdi, Bagas dan Harjono.

  • Gelombang II

Pada tanggal 27 November 1977 dengan menumpang KM.  Kenaga sebanyak 100 KK yang berasal dari Provinsi Bali, yaitu: dari Karang Asem dan Ngianyar dibawah pimpinan/Pembina calon transmigrasi inti: Nyoman Warsika, Wayan Watre, Wayan Jernat, Made Suwardika dan Wayan Sandi.

  • Gelombang III

Pada tanggal 3 Desember 1977 dengan menumpang KM. Karang Asem sebanyak 106 KK yang berasal dari provinsi Jawa Tengah, yaitu; dari Solo, Kendal,Semarang dan Salatiga dibawah pimpinan/Pembina calon transmigrasi inti : Parjo, Sudiyono dan Parjan.

  • Gelombang IV

Pada Tanggal 22 Desember 1977 dengan menumpang KM. kenanga sebanyak 50 KK yang berasal dari provinsi Bali, yaitu; dari Klungkung, Banjar Angkan dan Nusa Pemida dibawah pimpinan/Pembina calon transmigrasi inti: Ketut Mudra.

  • Gelombang V

Pada tanggal 7 November 1977 transmigrasi swakarsa dengan menumpang KM.Pasoso sebanyak 50 KK yang berasal dari Provinsi Jawa Timur, Yaitu ; dari Malang dan Blitar dibawah pimpinan/Pembina calon transmigrasi inti : Muh. Akub.

Maka terbentuklah suatu permukiman penduduk transmigrasi yang dinamakan UPT XI yang dikepalai oleh Bapak Samsul Bakry, BA. Pada tahun 1978 warga transmigrasi diserahkan ke pemerintah Dati II Banggai, dan dibentuklah suatu desa yang diberi nama SUKA MAJU. SUKA artinya bersuka-suka dimalam hati membyka lahan, MAJU artinya karena rasa kebersamaan dan gotog royong yang tinggi sehingga tercipta desa yang indah. Masyarakat Desa Suka Maju menanami ladang dengan padi gogo,jagung, dan ubi. 

Pada tahun 1978 terjadi perselisihan yang hampir sampai pada pertumpahan darah antara karyawan PT. Sentral Sulawesi dengan warga transmigrasi serta adanya wabah penyakit malaria di permukiman transmigrasi asal bali yang menyebabkan beberapa orang meninggal. Di tahun 1979 terjadi banjir besar yang melanda Desa Suka Maju yang berasal dari Sungai Singkoyo.

Pada tahun 1981 Nama Desa Suka Maju di ganti dengan TIRTA KENCANA. TIRTA artinya Kaya akan air, KENCANA artinya mas. Desa Tirta Kencana menjadi desa defenitif yang terdiri dari 3 dusun dengan urutan kepala desa yang memerintah sebagai berikut :

  1. 1982-1990       : Soekarno
  2. 1990-1998       : Djoko
  3. 1998-2005       : Enang Sunardi
  4. 2005-sekarang : Edi Sutrisno.

Pada masa kepemimpinan Soekarno, Desa Tirta Kencana membangun pasar rakyat dengan swadaya Masyarakat dengan tujuan agar dapat membangun perekonomian Masyarakat. Pada masa itu Desa Tirta Kencana mulai membangun pondasi perekonomian desa yang berbasis Masyarakat dan mulai menanam padi disawah. Pembangumam pasar terus dilakukan sampai Kepala Desa Djoko. Pada masa Kepala Desa Enang Sunardi terjadi kebakaran. Oleh Kepala Desa Enang Sunardi dibangun dibangun pasar permanen dengan dana kredit di Bank Perkreditan Rakyat.

Di era Reformasi, pada tanggal 24 Juni 2008 Pemerintah Daerah Kabupaten Banggai sebagai daerah otonomi Memamerkan Desa Tirta Kencana menjadi 3 desa.

Berdirinya desa berawal dari Dusun I Tirta Kencana yang di rintis oleh salah seorang tokoh Masyarakat yang terkenal Bpk Wayan Arya Sandi dan sekaligus beliau menjabat sebagai ketua Dusun I yang membawa nama harum desa. Pada tanggal 21 september 2008, desa induk merencanakan pemekaran Desa dan didukung oleh semua Aparat, tokoh pemuda, tokoh Masyarakat, dan menghasilkan satu keputusan membentuk desa baru dan diberi nama sesuai desa induk MEKAR KENCANA.

Mata pencaharian masyarakat Mekar Kencana adalah bercocok tanam. Pada tahun 1978 masyarakat Mekar Kencana mendirikan pura secara swadaya dan mangku pertamanya adalah Mangku Sumerta, tahun 1979 pemerintah mendirikan SDN Inpres Mekar Kencana dan dan sebagai Kepala Sekolahnya Bapak Udin Suruling. Tahun 2008 Tirta Kencana (Dusun II) Resmi menjadi desa sendiri yaitu Desa Mekar Kencana